14 Negara Asia Bahas Data Komposisi Pangan Dalam AFACI Workshop Bali
DENPASAR – Perwakilan dari 14 negara Asia berkumpul untuk membahas mengenai perkembangan database komposisi pangan di wilayah Asia dalam workshop hasil kerjasama antara Indonesia dengan Korea Selatan melalui program the Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative (AFACI) di Denpasar, Selasa (22/8).
Informasi komposisi pangan merupakan data penting yang dapat digunakan dalam mengatur arus penawaran dan permintaan produk pertanian, memformulasikan strategi peningkatan nutrisi, hingga mendorong pengembangan industri pangan. Penelitian mengenai database komposisi pangan Asia ini dilaksanakan melalui proyek the Establishment of Asian Food Composition Database (AFCD).
Program AFACI diinisiasi oleh Rural Development Administration (RDA) Korea Selatan, dan telah berlangsung sejak 2009. Sebanyak 15 negara tergabung dalam program ini dan melaksanakan berbagai proyek yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, meningkatkan layanan penyuluhan pertanian dan mewujudkan pertanian berkelanjutan. Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) menjadi focal point Indonesia bagi program tersebut.
Sementara, proyek AFCD yang berlangsung selama tiga tahun terakhir dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan survei konsumsi pangan baik secara nasional, regional maupun lokal, untuk menilai produksi pangan, kualitas pangan yang tersedia, asupan pangan dan lain-lain.
Melalui proyek ini diharapkan dapat terjadi peningkatan nilai dan promosi produk pertanian melalui pemberian informasi gizi, yang dapat digunakan oleh petani dalam memilih tanaman yang akan dibudidayakan.
Kepala BSIP Prof. Fadjry Djufry yang diwakili oleh Sekretaris BSIP Dr. Haris Syahbuddin menjelaskan bahwa di Indonesia, penyusunan database komposisi pangan telah dimulai sejak 2009, dan terus diperbaharui hingga saat ini. “Saat ini lebih dari 1.100 bahan pangan telah terdaftar dalam tabel komposisi pangan indonesia.” lanjutnya.
Haris mengungkapkan inisiasi proyek AFCD ini sangat sejalan dengan program Kementerian Pertanian. “Badan Standardisasi Instrumen Pertanian sangat mendukung upaya membangun dan memperkuat jejaring, baik dalam hal kerjasama maupun pertukaran informasi pertanian. Saya berharap melalui kerja sama ini, hasil inovasi dapat dibagikan dan diimplementasikan.” ujarnya.
Database komposisi pangan ini bermanfaat dalam banyak aspek, seperti nutrisi, kesehatan, ilmu pangan, keanekaragaman hayati, pemuliaan tanaman, hingga industri dan regulasi pangan. “Ini pekerjaan yang tidak mudah, karena mulai dari hulu hingga hilir harus diperhitungkan,” lanjutnya.
Sementara, Yoon Dongjin, Chief Officer Department of Agro-Food Resources, RDA menambahkan bahwa selama 14 tahun sejak diluncurkan, AFACI telah mengidentifikasi beberapa isu tentang pertanian dan mencari pemecahannya melalui proyek riset bersama negara-negara anggotanya, salah satunya adalah proyek AFCD.
“Proyek database komposisi pangan Asia (AFCD) ini dapat digunakan dalam pengelolaan supply and demand produk pangan dan pertanian, memformulasikan strategi perbaikan nutrisi, serta mendorong perkembangan industri pangan.” tambahnya.
Yoon juga mengatakan bahwa melalui proyek AFCD ini, AFACI berupaya untuk melakukan transfer teknologi unggul bidang pangan dan gizi dari RDA kepada negara-negara anggota AFACI. “RDA akan memperkuat proyek kerja sama internasional untuk meningkatkan pemanfaatan database komposisi makanan Asia, memperbaiki pola makan, dan melestarikan budaya makanan di Asia.” lanjutnya.
Menurutnya, database komposisi makanan terbilang penting terutama di kalangan masyarakat Asia yang memiliki budaya serupa. “Orang-orang mulai peduli pada tubuhnya dengan memperhatikan konsumsi makanannya. Jadi, mengetahui diri sendiri adalah mengetahui makanan, dan nutrian berdasar pengetahuan,” urai Yoon.
Kementerian Pertanian telah mengembangkan beberapa pangan lokal potensial yang informasi gizinya terus dimutakhirkan sebagai data pendukung dalam database Table Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) untuk dimanfaatkan dalam penerapan kebijakan pangan nasional. Penyediaan database komposisi pangan ini dapat membantu pelaksanaan program diversifikasi pangan.
“Informasi komposisi pangan ini penting diketahui masyarakat, dan kami mulai dari kawan-kawan yang mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kepercayaan masyarakat akan tumbuh kalau informasi datangnya dari kaum peneliti dan akademisi.” imbuh Haris.
Tak hanya penyediaan informasi komposisi pangan, dalam meningkatkan nilai manfaat komoditas pertanian, Kementerian Pertanian juga mengembangkan beberapa varietas unggul biofortifikasi seperti padi Inpari IR Nutrizinc dan Inpago 13 Fortiz yang mengandung Zinc lebih tinggi daripada varietas padi lain.
Dalam workshop ini, salah satu staf BSIP, Dr. Qanytah menerima penghargaan sebagai penanggungjawab proyek terbaik (most outstanding principal investigator) dari seluruh proyek AFCD yang dilaksanakan di Asia. Penghargaan diterima oleh Dr. Winda Haliza mewakili Dr. Qanytah. (Humas BSIP)