BSIP Terus Tingkatkan Layanan Laboratorium Mutu Beras
Karawang – Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) terus meningkatkan sarana dan prasarana mendukung pelaksanaan standardisasi di bidang pertanian. Salah satunya, mengembangkan prospek Laboratorium Mutu Beras dan Pascapanen Serealia yang dibahas dalam rapat koordinasi pada Jumat (11/8) di Karawang, Jawa Barat.
Plt. Kepala BSIP Fadjry Djufry mengungkapkan pentingnya Laboratorium Mutu terkait standar dan mutu beras yang ada di Indonesia. Laboratorium ini diharapkan menjadi laboratorium uji mutu beras pionir dan dapat direplikasi pada wilayah sentra produksi beras di tanah air.
“Nanti kita coba rancang berapa kebutuhan minimal sarana dan prasarana untuk satu tahun ini. Sehingga kita punya lab mutu beras di wilayah sentra utama. Saya yakin ini penting karena masuk ke masyarakat dan BSIP dapat mendampingi masyarakat yang ada di seluruh Indonesia,” ucap Fadjry.
Laboratorium yang berada di bawah Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian (BBPSI Pascapanen) ini rencananya akan dilengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) beras yang sementara digodok oleh BSIP.
“Dengan adanya LSPro beras dan pascapanen, nantinya dapat mengawal dan menjamin mutu keamanan pangan bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” kata Fadjry.
Plt. Kepala BBPSI Pascapanen Husnain mengatakan bahwa selama ini laboratorium tersebut menjadi rujukan masyarakat untuk melakukan pengujian maupun penyelengara uji profisiensi (PUP). Laboratorium ini melayani uji mutu beras mengacu pada SNI 6128:2020, antara lain mengukur derajat sosoh, kadar air, butir kepala, butir patah, butir menir, butir merah, butir kuning/rusak, butir mengapur, keretakan, derajat putih, kebeningan, berat 1.000 butir, densitas, ketebalan, butir gabah, benda asing, dan rendeman.
Selain itu, laboratorium melayani uji mutu gabah, seperti kadar air gabah, butir baik, hampa/kotoran, butir kuning/rusak, butir mengapur/hijau, dan butir merah.
Laboratorium yang telah tersertifikasi SNI ISO/IEC 17025 ini juga menjadi rujukan untuk menangani kasus dugaan oplosan beras yang ada di masyarakat.
“Pengujian mutu beras menjadi penting untuk melindungi masyarakat dari beras oplosan atau beras yang mutu atau komposisinya tidak sesuai dengan label atau keterangan barang. Inilah pentingnya kita mengembangkan laboratorium mutu beras,” ungkap Husnain saat memberikan sambutan dalam rapat koordinasi.
Selain itu, pada acara tersebut, Plt. Kepala BSIP melakukan penandatanganan berita acara serah terima lima unit alat pembuat biopelet berbahan jerami yang merupakan hibah dari Green Building Prancis. Alat tersebut dapat dijadikan percontohan kepada masyarakat untuk mengelola limbah jerami atau sekam padi menjadi bahan bakar nabati yang ramah lingkungan.
“Indonesia punya rata-rata 54 juta ton gabah setiap tahunnya. Ini potensi yang sangat besar untuk menjadi energi terbarukan untuk substitusi batu bara,” kata Fadjry.
Senada, perwakilan Green Building Prancis Matthieu Caille mendukung pemanfaatan limbah di sektor pertanian sebagai bahan bakar untuk sektor energi. “Ini bisa menjadi proyek yang sangat besar untuk mendukung transisi energi di Indonesia. Kita bisa sambungkan antara kebutuhan energi dan peluang bioproduct yang belum dimanfaatkan,” ungkapnya.