Indonesia Bekerjasama Dengan Jepang, Optimalkan Pemanfaatan SDG Lokal
CALI, KOLOMBIA – Pertemuan tingkat tinggi untuk membahas tentang biodiversitas, atau Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity (COP CBD 16) diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 21 Oktober-1 November 2024 di Cali, Kolombia. Lebih dari 190 negara berpartisipasi dalam pertemuan ini, termasuk Indonesia.
Salah satu rangkaian kegiatan COP CBD 16 ini adalah side event seminar sebagai sarana pertukaran informasi dan pengalaman tentang beragam isu yang sesuai dengan tujuan COP CBD. Badan Standardisasi Instrumen Pertanian bekerjasama (BSIP) dengan Hirata Corporation Jepang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut pada Jumat (25/10) yang mengangkat mengenai akses dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk Pembangunan berkelanjutan.
Sekretaris BSIP Haris Syahbuddin menjelaskan mengenai besarnya biodiversitas yang dimiliki oleh Indonesia, dan bagaimana upaya pemanfaatan sumber daya genetik lokal tersebut secara berkelanjutan. “Pemanfaatan sumber daya genetik lokal berkelanjutan dalam bidang pertanian dilaksanakan melalui konservasi, keterlibatan masyarakat, dan pembagian manfaat untuk memastikan bahwa manfaat yang diperoleh dibagi secara adil di antara para stakeholder, termasuk masyarakat lokal,” ungkapnya.
Haris melanjutkan bahwa dalam pemanfaatan sumber daya genetik tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama, dengan memperhatikan pembagian manfaat (benefit sharing) yang adil dan setara. Haris mencontohkan Kerjasama antara BSIP dengan Hirata Corporation yang telah berlangsung sejak 2021. “Kerjasama dilakukan melalui eksplorasi, konservasi dan pengumpulan data pemanfaatan tanaman yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam jangka panjang untuk melestarikan tanaman tersebut,” lanjutnya.
Dalam dua tahun terakhir, BSIP dan Hirata Corporation telah mengumpulkan 132 sampel yang dari umbi-umbian, tanaman rempah dan obat, jeruk, tanaman hias, dan tanaman pemanis dan serat. “Sampel-sampel ini mencakup beberapa spesies yang kurang dimanfaatkan seperti Canavalia gladiata, Cajanus cajan, Vigna umbelata, Lablab purpureus dan juga spesies yang terancam punah menurut Daftar Merah IUCN, misalnya Pleiospermium littorale, kerabat liar jeruk.” tambah Haris.
Bagi Indonesia, kerjasama ini bermanfaat dalam mengeksplorasi, melestarikan, dan memanfaatkan lebih banyak sumber daya genetik tanaman, terutama sumber daya lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal, serta bermanfaat dalam mengumpulkan informasi tentang upaya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman oleh masyarakat setempat dan manfaat potensial lainnya.
COP16 CBD akan mempertemukan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi pemerhati, masyarakat adat, bisnis, akademisi, masyarakat sipil, hingga kelompok orang muda. COP 16 akan menjadi COP Keanekaragaman Hayati pertama sejak mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal pada COP 15 tahun 2022 di Kanada.